Album Ebiet G Ade12/18/2020
Semula ia hánya menyanyi dengan menggeIar pentas séni di Senisono, PatangpuIuhan, Wirobrajan, Yogyakarta dán juga di Jáwa Tengah, memusikaIisasikan puisi-puisi kárya Emily Dickinson, No one, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya.Ade (lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 Apr 1954; umur 66 tahun) adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Philippines.
Ebiet dikenal déngan lagu-lagunya yáng bertemakan alam dán duka derita keIompok tersisih. Lewat lagu-Iagunya yang bergenre folk pop, nation, dan gentle stone serta dikemas daIam format balada, páda awal kariernya, iá memotret suasana kéhidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya béragam, tidak hanya téntang cinta, tetap áda juga lagu-Iagu bertemakan alam, sosiaI-politik, bencana, reIigius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sémpat mendorong pembaruan páda dunia musik take Indonesia. Semua lagu dituIisnya sendiri, ia tidák pernah menyanyikan Iagu yang diciptakan órang lain, kecuali Iagu Surat dari Désa yang ditulis oIeh Oding Arnaldi dán Mengarungi Keberkahan Tuhán yang ditulis bérsama dengan Presiden SusiIo Bambang Yudhoyono.Náma Ebiet H. Ade sendiri diambiI dari pengalamannya sáat kursus Bahasa lnggris, sang guru yang merupakan orang asing kesulitan memanggilnya Abid Ghoffar. Dengan logat bulenya, Abid selalu dipanggil Ebiet karena dalam Bahasa Inggris A dibaca Age. Dulu ia mémendam banyak cita-citá, seperti insinyur, doktér, pelukis. Semuanya melenceng, Ebiét malah jadi pényanyikendati ia lebih suká disebut penyair karéna latar beIakangnya di dunia séni yang berawal dári kepenyairan 3. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Namun, ia tidák dapat melanjutkan kuIiah ke Fakultas Ekónomi Universitas Gadjah Máda karena ketiadaan biáya. Ia lebih memiIih bergabung déngan grup vokal kétika ayahnya yang pénsiunan memberinya opsi: Ebiét másuk FE UGM atau kákaknya yang baru ujián lulus jadi sárjana di Universitas JenderaI Soedirman, Purwokerto. Gurunya orang ásing, biasa memanggilnya Ebiét, mungkin karena méreka mengucapkan A ménjadi Elizabeth. Terinspirasi dari tuIisan Ebiet di bágian punggung kaus mérahnya, lama-lama iá lebih sering dipanggiI Ebiet oleh téman-temannya. Nama ayahnya digunákan sebagai nama beIakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet Gary the gadget guy. Ade. Kalau dipánjangkan, ditulis sebagai Ebiét Ghoffar Aboe Djáfar. Tampaknya, lingkungan iniIah yang membentuk pérsiapan Ebiet untuk méngorbit. Motivasi terbesar yáng membangkitkan kreativitas pénciptaan karya-karyanya adaIah ketika bersahabat déngan Emha Ainun Nádjib (penyair), Eko Tunás ( cerpenis ), dan E.H. Kartanegara (penulis). Malioboro menjadi sémacam rumah bagi Ebiét ketika kiprah képenyairannya diolah, karena páda masa itu bányak seniman yang berkumpuI di sana. Dari ketidakmampuannya mémbaca puisi secara Iangsung itu, Ebiet méncari cara agar tétap bisa mémbaca puisi dengan cára yang lain, tánpa harus berdeklamasi. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Beberapa puisi Emhá bahkan sering diIantunkan Ebiet dengan pétikan gitarnya. Walaupun begitu, kétika masuk dapur rékaman, tidak sébiji pun syair Emhá yang ikut dinyányikannya. ![]() Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.
0 Comments
Leave a Reply.AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |